Rabu, 29 Oktober 2008

WARNA

Temaram sore mengingatkanku pada saat dikala hanya aku dan kamu
Bersidekap kerna cahaya yang menuju ujung sendumu
Sambil sesekali kau teteskan duka yang tersembunyi dalam nyanyimu
Merobek robek kafan sang kelam yang berusaha membunuhku


Cinta kita sperti kereta malam
Berangkat gelap sampainya terang
Cerah dan guratannya semakin jelas
Dicela anak panah yang menembus ujung belati


Aku dan kamu telah tertikam bahagia

Meninggalkan ceritera rahwana menggelandang sinta
Memang senja selalu membautku lupa
Ketika melihatmu datang bersama hujan..


Tercipta ketika aku teringat kamu

Jumat, 10 Oktober 2008

"MERAPUH"

Aku merasa semakin rapuh
Bahkan untuk suatu perjalananpun
Aku semakin meragu
Aku takut

Hatiku tak pernah merasa sepi
Tapi aku malah merasa seperti onggokan daging didalam kulkas

Aku tidak membusuk….!!!!!

Membusuk atau tidak sebenarnya bukan masalah
Aku hanya tak ingin disantap
Aku tak ingin berakhir dimeja makan yang dilahap oleh tuan-tuan yang gembul

Aku lebih merasa terhormat jika dimakan anjing kerempeng yang kelaparan…..!!!!!
Atau manusia kudisan yang bahkan tak berdaging.

Aku katakan semua itu ilusi walau kau berkata “ itu nyata, teman”

Sementara bau busuk menebar keseluruh penjuru dunia,
Dan nanah yang sudah menahunpun saperti tak ingin disembuhkan
Bahkan mungkin merasa nikmat jika dicumbu dan diperkosa lalat-lalat yang barusaja mampir ditinja

Aku hanya ingat seruan Fidel Castro sang El Commandante
“…..Socialism or death…..!!”
Yang bisa membuat polisi dunia geram sambil menampakkan taring-taring tajam
Walaupun sebenarnya aku tak begitu perduli
Aku toh lebih menikmati puisi
Soe Hok Gie…Mandalawangi-Pangrango…!!

Karena -kata orang- jika politik itu kotor,
Maka puisilah yang membersihkannya
UNTUK PEREMPUANKU

Sudah lelah kujalani hari bersama sang waktu
Seiring putarannya yang tak pernah menentu
Selalu begitu….

Bosan mataku dengan indahnya lautan
Jenuh melihat mentari pulang pergi
Letih dengan segala kegelisahan…yang tak pernah berkesudahan

Hasrat yang terpendam dalam inti bumi kugali lagi
Kutata kembali langkah-langkah kaki (yang mulai mengendur)
Saat kusadari disisiku ada kamu
“Bukti nyata akan keindahan surgawi”
PERISTIWA

Kubuat lagi tapak-tapak kaki
Diantara jerit kesakitan dan tawa cemooh
Membuka nurani, buang mimpi
Ikuti alur yang kurajut pasti

Kutemukan diriku talah terbelenggu

Naif

Dan kesadaran membuka pikiran
Akan sebuah tuntutan kebebasan

Aku tak betul-betul bebas

Meski kusadari, semua takkan berhenti disini

Dalam pekat
Selalu ada ruang untuk setitik cahaya
Meski kemarau
Selalu ada embun dipagi hari
Dan walau aku terdiam
Selalu kusimpan berjuta tanya dihati
Yang kan kucari jawabnya sendiri

KOMPENSASI

Mentari pagi seorang teman
Panasnya siang adalah inspirasi
Hembusan angin terasa sebagai sebuah sajak bijak,
Itulah kepercayaan

Dan percayalah padaku

Senin, 29 September 2008

PENGKHIANATAN


Perjalananku meninggalkan kenangan
Seorang gadis bandana hitam
Berambut panjang
Tersenyum menantang

Aku tlah pergi
Sebelum matahari pulang kandang
Dihadang bintang yang hiasi malam
Aku tetap terkenang

Menjelang pagi telah kembali
Senyum kekasih menanti sepenuh hati
Bibir saling berpagut, tubuh memeluk erat
Dia tak sadar aku seorang pengkhianat…
HIDUP=PERMAINAN

Aku tertawa-tawa sampai tersedak
Lalu terharu biru sampai gagu
Beda antara keduanya hanya seperseribudetik

Kata orang
Aku pemangsa
Kata orang
Aku pemburu
Dan ketika semakin kusadari bahwa hidup ini penuh misteri
Maka aku tak akan pernah lari

Persetan dengan mereka yang kemudian membenamkan diri kedalam lumpur nista yang menjijikkan

Pemangsa bisa berubah menjadi buruan dalam sekejap
Dan tawapun kemudian berubah menjadi tangis

Pelengkap sebuah kisah hidup yang tragis
SELEPAS MAGHRIB SEBELUM ISYA’


Selepas maghrib sebelum isya’
Sebelum bara kayu padam nyalanya
Sebelum asap-asap terbang kelangit
Aku berjanji padamu

Selepas maghrib sebelum isya’
Seiring senja berganti malam
Aku berjanji padamu
Atas nama ruang dan waktu

Selepas maghrib sebelum isya’
Aku berjanji padamu
Aku akan datang
Sebelum kau nyanyikan bait terakhir lagu kita

……..A t a s n a m a r u a n g d a n w a k t u
Aku berjanji padamu
P E N C U R I

Mengemis,
Karena cacat. Tak bisa apa-apa
Itu wajar. Kuberi kau seratus rupiah
Bertahan hidup memang susah
Kupuji kau, setidaknya kau berusaha

Mencuri,
Karena tak punya apa-apa
Sementara anak bayi butuh susu dan roti
Angkat jempol, setidaknya kau berani

Mencuri,
Karena punya segala-galanya.
KENTUT KAU…!!

DI ATAS BUMI

Inikah tanah pembuangan Adam dan Hawa
Setelah jatuh dalam dosa..?

Dan kemudian terjadi
Kejahatan pertama
Darah tertumpah dari tubuh saudara

Cerita bertebaran, berulang-ulang

Kepahlawanan,
Pembunuhan,
Pemerkosaan,
Tragedi,
Romantika

Belantara berganti kota,

Darah tetap mengucur dari tubuh saudara