Kamis, 26 Maret 2009

KILAS BALIK

Bolak balik kucari kamu
Pengorbanan kata orang wujud kepemilikan
Terlalu terang mataku tak kuasa menahan

Amarah membakar jiwa
Meletus sebuah lagu dari angkasa

Aku telah murka

Satu-satu rambutku telah memutih
Bukti perjalanan aneka cerita
Keningku berkerut
Gigiku telah tanggal
Dan kulitku makin hitam

Satu-satu cerita kuselesaikan
Berakhir manis atau lara

Mengelana, mencoba
Setidaknya aku telah teruji

Kupertahankan kamu, menjadi satu denganku
Kugubah lagu, hanya untukmu

SATU LUKISAN DI PAGI HARI

Satu lukisan terindah dipagi hari tlah datang
Menjelma dalam senyummu dan dua malaikat kecil kita dalam tidurnya
Rasanya tak ingin ku beranjak
Tapi aku tetap harus pergi

Satu lukisan pagi nampak lagi
Langit fajar yang berwarna keemasan pecah merekah
Sayangnya hanya bisa kunikmati melalui kaca spion
kanan, kiri, dan tengah ku
Saat ku melaju di jalan tol

Sementara langit di depanku hitam pekat kayak mau hujan

………………………………………

Satu lukisan dan lukisan lain terus mengikutiku di jalanan
Kemacetan yang makin absurd.
Umpatan tukang angkot, teriakan tukang ojek,
Klakson – klakson mobil pribadi, Rintihan pengemis,
Tingkah laku over acting polantas
Oprtunisme polisi cepek
Dan tingkah ugal-ugalan pengendara motor

Kupasang earphone, kudengarkan lagu The Cure “ Love Song”
…Sigh…
Lukisan indah pagiku kayak ketumpahan tinta hitam

………………………………………

Rabu, 29 Oktober 2008

WARNA

Temaram sore mengingatkanku pada saat dikala hanya aku dan kamu
Bersidekap kerna cahaya yang menuju ujung sendumu
Sambil sesekali kau teteskan duka yang tersembunyi dalam nyanyimu
Merobek robek kafan sang kelam yang berusaha membunuhku


Cinta kita sperti kereta malam
Berangkat gelap sampainya terang
Cerah dan guratannya semakin jelas
Dicela anak panah yang menembus ujung belati


Aku dan kamu telah tertikam bahagia

Meninggalkan ceritera rahwana menggelandang sinta
Memang senja selalu membautku lupa
Ketika melihatmu datang bersama hujan..


Tercipta ketika aku teringat kamu

Jumat, 10 Oktober 2008

"MERAPUH"

Aku merasa semakin rapuh
Bahkan untuk suatu perjalananpun
Aku semakin meragu
Aku takut

Hatiku tak pernah merasa sepi
Tapi aku malah merasa seperti onggokan daging didalam kulkas

Aku tidak membusuk….!!!!!

Membusuk atau tidak sebenarnya bukan masalah
Aku hanya tak ingin disantap
Aku tak ingin berakhir dimeja makan yang dilahap oleh tuan-tuan yang gembul

Aku lebih merasa terhormat jika dimakan anjing kerempeng yang kelaparan…..!!!!!
Atau manusia kudisan yang bahkan tak berdaging.

Aku katakan semua itu ilusi walau kau berkata “ itu nyata, teman”

Sementara bau busuk menebar keseluruh penjuru dunia,
Dan nanah yang sudah menahunpun saperti tak ingin disembuhkan
Bahkan mungkin merasa nikmat jika dicumbu dan diperkosa lalat-lalat yang barusaja mampir ditinja

Aku hanya ingat seruan Fidel Castro sang El Commandante
“…..Socialism or death…..!!”
Yang bisa membuat polisi dunia geram sambil menampakkan taring-taring tajam
Walaupun sebenarnya aku tak begitu perduli
Aku toh lebih menikmati puisi
Soe Hok Gie…Mandalawangi-Pangrango…!!

Karena -kata orang- jika politik itu kotor,
Maka puisilah yang membersihkannya
UNTUK PEREMPUANKU

Sudah lelah kujalani hari bersama sang waktu
Seiring putarannya yang tak pernah menentu
Selalu begitu….

Bosan mataku dengan indahnya lautan
Jenuh melihat mentari pulang pergi
Letih dengan segala kegelisahan…yang tak pernah berkesudahan

Hasrat yang terpendam dalam inti bumi kugali lagi
Kutata kembali langkah-langkah kaki (yang mulai mengendur)
Saat kusadari disisiku ada kamu
“Bukti nyata akan keindahan surgawi”
PERISTIWA

Kubuat lagi tapak-tapak kaki
Diantara jerit kesakitan dan tawa cemooh
Membuka nurani, buang mimpi
Ikuti alur yang kurajut pasti

Kutemukan diriku talah terbelenggu

Naif

Dan kesadaran membuka pikiran
Akan sebuah tuntutan kebebasan

Aku tak betul-betul bebas

Meski kusadari, semua takkan berhenti disini

Dalam pekat
Selalu ada ruang untuk setitik cahaya
Meski kemarau
Selalu ada embun dipagi hari
Dan walau aku terdiam
Selalu kusimpan berjuta tanya dihati
Yang kan kucari jawabnya sendiri

KOMPENSASI

Mentari pagi seorang teman
Panasnya siang adalah inspirasi
Hembusan angin terasa sebagai sebuah sajak bijak,
Itulah kepercayaan

Dan percayalah padaku